Kamis, 21 Mei 2009

MEREKONSTRUKSI ULANG PEMIKIRAN EKONOMI oleh Darma Yudha


Krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia saat ini bukanlah yang baru dalam perekonomian dunia. Krisis ekonomi telah terjadi berulang kali, paling tidak telah terjadi hampir 10 kali krisis ekonomi dalam kurun waktu 70 tahun melanda Negara-negara didunia pada masa sebelum Keynesian economic diterapkan yaitu antara 1860 -1931. Kalau dirata-ratakan maka akan terjadi krisis paling setiap 7 tahun di Negara didunia. Kronologis krisis tersebut paling tidak dapat kita ketahui pada masa-masa berikut:

1860-1921 Peningkatan Jumlah Bank di amerika s/d 19 Kali Lipat

1907 Krisis Perbankan Internasional dimulai di New York

1913 US Federal Reserve Sistem

1914 – 1918 Perang Dunia I

1920 Depresi Ekonomi di Jepang

1922 – 1923 German mengalami hyper inflasi, karena takut mata uang menurun nilainya, gaji

dibayar sampai dua kali dalam sehari.

1927 Krisis Keuangan di Jepang (37 Bank tutup); akibat krisis yang terjadi pada bank-bank Taiwan

1929 – 1930 The Great Crash (di pasar modal NY) & Great Depression (Kegagalan Perbankan); di US, hingga net national product-nya terpangkas lebih dari setengahnya.

1931 Austria mengalami krisis perbankan, akibatnya kejatuhan perbankan di German, yang kemudian mengakibatkan berfluktuasinya mata uang internasional. Hal ini membuat UK meninggalkan standard emas.

Untuk mengatasi great crash atau great depresion pada tahun 1929, maka munculah pemikiran keynes untuk memberikan solusi dari krisis. Ada hal yang menarik kenapa solusi keynes sangat mudah diterima kala itu, padahal karl max telah lama mengkritik dan mencoba menawarkan idenya tentang sistem ekonomi pengganti kapitalisme.

Paling tidak ada dua alasan yang bisa diambil, yang pertama adalah karena kepanikan yang menyebabkan kebuntuan dalam memberikan solusi ekonomi, dan yang kedua adalah karena tawaran sistem ekonomi dari karl max sangat jauh berbeda dengan sistem yang saat itu sedang dianut. Kaum pemilik modal tidak ingin kehilangan pengaruh dan hak-hak istimewanya, masyarakat yang sudah mapan dengan sistem ekonomi liberal sangat susah bahkan tidak menginginkan perubahan yang sangat drastis dalam sistem ekonomi mereka, sehingga solusi keynes yang kala itu dinilai lebih moderat lebih mudah untuk diterima oleh banyak orang.

Ide keynes memang jitu menghadapi krisis saat itu. Dengan idenya untuk meningkatkan permintaan efektif masyarakat sehingga mendorong roda perekonomian bergerak kembali. Bahkan peran negaralah yang menjadi motor bagi bergeraknya perekonomian dunia saat itu. Rakyat digaji untuk mengali parit-parit yang dalam, dan setelah parit terbentuk, rakyat dibayar lagi untuk menimbun kembali parit-parit yang telah mereka gali. Jelas peran pemerintah sangat besar pada masa itu yang secara otomatis menganulir ide ekonom klasik tentang liberalisasi.

Namun ide dan pemikiran keynes yang mendapat sambutan baik pada masa itu hampir di semua negara akhirnya tidak bertahan lama, karena justru setelah keynes krisis lebih sering dan lebih banyak terjadi dibelahan negara didunia. Tercatat paling tidak terjadi 12 kali krisis dinegara-negara didunia dalam kurun waktu 1944-2008, atau dalam waktu kurang lebih 64 tahun. Jika dirata-ratakan akan terjadi krisis setiap 5 tahun sekali dibelahan negara didunia.. Berikut kronologis krisis post keynesian.

 

1944 – 1966 Prancis mengalami hyper inflasi akibat dari kebijakan yang mulai meliberalkan perekonomiannya.

1944 – 1946 Hungaria mengalami hyper inflasi dan krisis moneter. Ini merupakan krisis terburuk eropa. Note issues Hungaria meningkat dari 12000 million (11 digits) hingga 27 digits

1945 – 1948 Jerman mengalami hyper inflasi akibat perang dunia kedua

1945 – 1955 Krisis Perbankan di Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak teregulasi dengan baik pada tahun 1945

1950-1972 Periode tidak terjadi krisis Lebih kurang akibat Bretton Woods Agreements, yang mengeluarkan regulasi disektor moneter relatif lebih ketat (Fixed Exchange Rate Regime). Disamping itu IMF memainkan perannya dalam mengatasi anomali-anomali keuangan di dunia. Jadi regulasi khususnya di perbankan dan umumnya di sektor keuangan, serta penerapan rezim nilai tukar yang stabil membuat sektor keuangan dunia (untuk sementara) “tenang”

1971 Kesepakatan Breton Woods runtuh (collapsed). Pada hakikatnya perjanjian ini runtuh akibat sistem dengan mekanisme bunganya tak dapat dibendung untuk tetap mempertahankan rezim nilai tukar yang fixed exchange rate

1971-1973 Kesepakatan Smithsonian (1 Ons emas = 38 USD). Dicoba untuk menenangkan kembali sektor keuangan dengan perjanjian. Namun hanya bertahan 2-3 tahun saja

1973 Amerika meninggalkan standar emas. Akibat hukum “uang buruk (foreign exchange) menggantikan uang bagus (dollar yang di-back-up dengan emas)-(Gresham Law)

1973 mengglobalnya aktifitas spekulasi sebagai dinamika baru di pasar moneter konvensional akibat penerapan floating exchange rate sistem. Periode Spekulasi; di pasar modal, uang, obligasi dan derivative.

1973 - 1974 Krisis Perbankan kedua di Inggris; akibat Bank of England meningkatkan kompetisi pada supply of credit

1974 Krisis pada Eurodollar Market; akibat west German Bankhaus ID Herstatt gagal mengantisipasi international crisis

1978 - 1980 Deep recession di negara-negara industri akibat boikot minyak oleh OPEC, yang kemudian membuat melambung tingginya interest rate negara-negara industri

1980 Krisis Dunia ketiga; banyaknya hutang dari negara dunia ketiga disebabkan oleh oil booming pada th 1974, tapi ketika negara maju meningkatkan interest rate untuk menekan inflasi, hutang negara ketiga meningkat melebihi kemampuan bayarnya

1980 Krisis Hutang di Polandia; akibat terpengaruh dampak negatif dari krisis hutang dunia ketiga. Banyak bank di eropa barat yang menarik dananya dari bank di eropa timur.

1982 Krisis Hutang di Mexico; disebabkan outflow kapital yang massive ke US, kemudian di-treatments dengan hutang dari US, IMF, BIS. Krisis ini juga menarik Argentina, Brazil dan Venezuela untuk masuk dalam lingkaran krisis

1987 The Great Crash (Stock Exchange), 16 Oct 1987 di pasar modal US & UK. Mengakibatkan otoritas moneter dunia meningkatkan money supply.

1994 Krisis di Mexico; kembali akibat kebijakan finansial yang tidak tepat

1997 Krisis Keuangan di Asia Tenggara; krisis yang dimulai di Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asia tenggara.

1998 Krisis Keuangan di Rusia; jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat spekulasi)

1998 Krisis Keuangan di Brazil

1999 Krisis Keuangan di Argentina

2008 ZIMBABWE hiperinflasi 1.000.000.000 %

2008-sekarang Krisis ekonomi global

 

Krisis yang terjadi pasca keynesian justru lebih sering dan cunderung lebih buruk. Dari krisis yang terjadi sebahagian besar dan krisis yang besar terjadi karena spekulasi yang terjadi dalam perekonomian global. Hal ini sejalan dengan ide keynes yang menyatakan bahwa spekulatif merupakan salah satu motif dalam memegang uang dalam perekonomian.

Krisis ekonomi menjadi hal yang lumrah dalam sistem ekonomi ini. Salah satu alasannya adalah bahwa ekonomi memiliki karakteristik seperti business cycle. Disuatu masa kedudukan ekonomi bisa saja dalam keadaan diatas (booming) dan disaat yang lain bisa saja perkonomian berada dibawah (resesi). Permasalahn utamanya tidak lagi bagaimana krisis tidak terjadi, tetapi bagaimana mengupayakan krisis terjadi dalam rentang waktu yang lebih lama dan lebih soft bila pun harus terjadi.

Krisis ekonomi yang terjadi terkahir ini dapat dikatakan terjadi karena perubahan ekspektasi dari masyarakat. Kegagalan dalam merencanakan ekspektasi telah menyebabkan kegalan dalam estimasi terhadap perkonomian masa datang. Kegagalan menyusun ekspekstasi ini menurut penulis karena interest rate dan spekulasi yang terjadi dalam perekonomian. Pada awalnya dana yang begitu murah (liquidity trap) yang terjadi diamerika telah membuat prilaku moral hazard meningkat, sehingga kredit dengan mudah dikucurkan kepada debitur, tanpa kriteria yang layak. Para debitur melihat dana yang murah memungkinkan mereka untuk lebih leluasa dalam berinvestasi termasuk investasi derivatif dan spekulatif yang justru lebih besar. Kredit perumahan oleh masyarakat begitu mudahnya didapat, oleh pihak bank, kredit masyarakat ini kemudian disekuritisasi menjadi Collateral debt obligation (CDO). Karena menariknya keuntungan disektor property, membuat CDO sangat laris di pasar skunder.

Namun krisis kebutuhan pangan yang terjadi di asia dan beberapa negara lainnya memaksa terjadinya kenaikan harga bahan pangan, yang menyebabkan terjadinya inflasi. Untuk menahan laju inflasi yang terjadi dengan menaikkan biaya modal (interest rate). Dan akibat kenaikan interest rate ini maka, pada awalnya masyarakat mampu membayar biaya modal tersebut, tapi kini tidak lagi. Angsuran kredit perumahan naik yang menyebakan para debitur menjadi dalam kondisi default (gagal bayar). Harga CDO jatuh kelevel yang sangat rendah. yang menyebabkan perusahaan penerbit CDO mengalami kerugian yang besar. Disisi lain pihak bank yang membiayai property menjadi kekeringan liquiditas yang membuat perbankan menjadi tidak sehat karena Non performing Loannya meningkat. Dan akhirnya kebangkrutan pun terjadi. Kekeringan liquiditas ini juga menyeret usaha lain yang membutuhkan dana dari perbankan, namun karena tidak mendapatkan kucuran dana, maka perusahaan lain yang berkaitan dengan bank ikut pailit.

Hal yang perlu dicermati keadaannya bisa saja berbeda bila perusaahan pemberi proverty menggunakan sistem seperti bank syariah. Selain yang biasanya informasi pasar yang lebih baik (tidak terjadi Asimetric information) juga karena angsuran yang dilakukan biasanya bersifat flat, sehingga ekspektasi dari debitur tidak berubah terhadap kemampuan bayarnya. Dalam sistem ekonomi islam juga tidak diperkenankan unsur spekulasi dalam menggunakan biaya modal yang murah, tetapi lebih mendorong ke sektor produktif, baik barang ataupun jasa, sehingga ada output riil dari dana yang murah tersebut. Seperti diketahui spekulasi terhadap dana yang murah juga menjadi faktor penyebab krisis global.

Sistem ekonomi islam juga melarang memperjual belikan hutang seperti CDO yang disebutkan diatas yang banyak terjadi diperjual belikan pada saat prakrisis. Hutang adalah hutang yang tidak boleh diperjual belikan sekalipun di sekuritisasi, paling tidak itu yang berlaku umum dalam ekonomi islam. Memperjual belikan hutang adalah hal yang tidak riil, karena sebenarnya tidak ada manfaat ekonomi secara riil didalamnya. Memperjual belikan hanyalah bagian dari investasi yang sifatnya spekulatif.

Paling tidak penulis melihat tiga hal penyebab terjadinya krisis global kali ini. Yang pertama adalah spekulasi yang menjamur yang jelas sama sekali tidak menghasilkan output riil, ketergantungan terhadap interet rate (tingkat bunga) dalam membentuk ekspektasi yang justru merusak ekspektasi masyarakat dan pelaku ekonomi, dan jual beli hutang yang merusak sendi-sendi ekonomi. Semua unsur tersebut sebenarnya telah diatur dan ditetapkan untuk dilarang dalam ekonomi islam.

Krisis telah menjadi bahagian dan tinggal menunggu waktu dan keras atau tidaknya menghantam perekonomian suatu negara atau global. Kalau pada masa krisis the great crash kita bisa berpikir tentang sebuah sistem alternatif, apakah kenyataan krisis yang stiap saat kita rasakan tidak membuat kita berpikir sistem ekonomi alternatif. Kenapa kita tidak coba memberi alternatif lain pada sistem ekonomi islam? Dalam konteks ilmiah, kenapa kita begitu resisten terhadap ekonomi islam, dengan alasan yang tidak masuk akal dalam konsep ilmiah. Padahal kita tidak resisten terhadap ekonomi sosialis yang berdasar pada komunisme yang menganggap Agama adalah candu yang berbahaya, yang tentu saja menisbihkan TUHAN atau kenapa kita tidak pula resisten terhadap ekonomi kapitalis yang menurut Thomas Aquinos dan Paul Samuelson adalah ekonomi bibel, yang artinya ekonomi yang berasal, bersumber dan berdasarkan bibel.

Terlepas dari Asumsi ideologis, Ilmu ekonomi Islam adalah sebuah ilmu, yang sangat layak untuk dipelajari dan dicoba dalam kerangka ilmiah dan rasionalitas. Atau mungkin kita telah menjadi orang-orang yang tidak rasional dan tidak berpikir ilmiah??? Waallahu A’lam bisshowab.